RIBETNYA JADI MAHASISWA BARU #2
Setelah gua selesai berurusan dengan administrasi dan lain lain, gua langsung balik lagi ke rumah. Pembicaraan tentang kuliah dengan orang tua membuat gua semangat untuk cepet cepet kuliah, intinya sih biar ketemu cewe Bandung, lu tau kan? Yang katanya cantik tanpa editan itu lho... Selain alesan itu, sebelum gua meninggalkan Purwakartah tercinta ini, gua pengen cepet-cepet kumpul bersama sahabat-sahabat gua. Alhamdulillah, gua masih bisa bertemu lagi dengan sahabat-sahabat terbangsat gua, katakanlah tim serba hayu kalau diajak kesini diajak kesana. Pembahasan gua kalau kumpul bersama teman-teman kampret gua masa putih abu (family36 sebutannya) biasanya mengenai kualitas acara ini itu (karena kita semua satu organisasi OSIS pada saat itu), mencari kesalahan orang lain yang digali gali kesalaannya, dan banyak banget dosa kita kalau diceritain disini semua. Sekarang kalau kumpul hampir ngebahas tentang aktivitas setelah lulus, ada yang mau kerja lah, ada yang nyeritain tentang gagal SBMPTN lah, ada yang mau kawin juga lah, udah ga kuat katanya, ya pokoknya macem macem lah, semua menjadi pembahasan cerita kita ditemani gorengan serta minuman ala Angkringan Podo Moro dekat SMA kita dulu, menjadi saksi bisu canda, tawa, gibahin orang lain, dan bully-an kita semua hingga larut malam sampai angkringan mematikan lampunya. Sempat berpikir kalau gua udah kuliah, terus temen gua udah sibuk dengan aktivitas pribadinya, apakah bisa kumpul dan tukar cerita seindah hari itu?
Malam itu menjadi perkumpulan akhir
kita sebelum kita semua pergi ke tempat kuliah/ kerja masing-masing. Ada yang
berangkat ke Tasikmalaya, ke Bandung, Cimahi, Pare, ada juga yang memang kerja
di daerah Purwakarta. Gua sempet berpikir juga, kalau apa yang gua lakukan
selama sekolah itu belum maksimal, seperti dari segi belajar berteman, mempengaruhi,
memberi pesan keorang lain, organisasi, mempimpin dan yang terpenting memberi piala
untuk kebanggaan almamater sekolah gua. Gua belum maksimal semuanya. Gua hanya
bisa menyumbangkan 2 kali saja, seperti juara 1 lomba FLSN2N tingkat Kabupaten
dan juara 2 lomba Musikalisasi puisi tingkat Kabupaten, dan itu masih kurang,
masing kurang. Ada yang bilang ‘Pendaftaran itu di awal, penyesalan itu di
akhir’ kata senior Osis gua dulu, yang gua lupa siapa yang ngomong.
Masa Orientasi pun tinggal
menghitung hari, gua parno banget kalau denger Orientasi, soalnya memang gua
punya kenangan yang cukup bikin gua males ikutan kegiatan gituan. Mulai dari suruh
bawa bubur kacang lah, mie goreng, bikin name tag, papan nama berbentuk prisma
segitiga, yang akhirnya untuk dihancurin juga. Kan kambing. Bawa coklat
yang akhirnya di makan sama panitia sendiri, kan goblok. Iya itu semua yang gua
malesin ketika jadi Peserta didik baru, tapi itu bikin gua antusias untuk berpartisipasi
menjadi panitia MOS ketika gua jadi pengurus OSIS dulu, gua antusias untuk
mendapat coklatnya. Alasan bagus bukan? Tapi Masa Orientasi kampus ternyata
berbeda coy, karena namanya juga berbeda, yaitu PKKMB (Pengenalan Kehidupan
Kampus Mahasiswa Baru) yang bikin gua ga terlalu parno untuk disuruh ini itu
nya, hehehe.
Sebelum PKKMB dimulai, H-3
sebelumnya gua udah diasrama untuk berkenalan dengan teman – teman sekamar gua.
Gua tidur di ranjang yang bertingkat/ ranjang susun gitu lho, tau ga? Kalau ga
tau kebangetan lu, hehe bercanda. Cek Google aja. Gua kaget, karna gua dapet
yang non-muslim semua dalam satu kamar gua, artinya gua sendiri yang muslim coy.
Di kamar ada 2 ranjang susun. Gua dibawah dan Jedy Umbara (Bali, Hindu) di atas
gua, Tupa Sihombing (Sampit, Kalimantan, Kristen Protestan) dibawah dan Josua
Silalahi (Medan, Kristen Katolik) diatasnya. Kita semua kenalan dengan malu-malu
kucing gitu lah, hehehe. Mulai cerita dari asalnya masing-masing dan cerita
kenapa masuk di PTS ini menjadi pembicaraan kita ber 4 pada malam itu. Logatnya
pun berbeda beda, ada logat Sunda, Batak, Bali, waduh itu pertama kali nya gua pengen
ketawa denger campur-campur gitu, disitulah gua percaya Bhinneka Tunggal Ika. Eeaaa. Ya, jadi apa yang disebut Bhineka Tunggal Ika? Ah sudahlah jadi
belajar PPKN.
Mandiri, tanpa bantuan orang tua
lagi, nasi bikin sendiri, gada lagi yang bikinin sarapan, dsb. Itulah perihnya
kalau hidup sendiri, hina tau ga? (Emot cemberut) Engga, engga bercanda, itu
yang gua alami H-2 PKKMB setelah gua tidur di asrama. Gua harus mandiri,
belajar hidup sendiri, ya pokonya apa-apa itu sendiri, itulah awal gua mikir kenapa
ada beberapa mahasiswa khususnya anak teknik yang keliatannya ga ada yang
ngurus gitu (Emot cemberut lagi) kasian amat ya. Karena memang untuk hidup
sendiri itu, susah susah gampang. Susah kalau gada duit, gampang kalau ada
duit. Eeaaa
Seperti biasa untuk kisah
selanjutnya kita lanjut di postingan berikutnya ya, jangan bosen-bosen untuk
baca kisah inspiratif ini. Salam anak teknik HUHAH...!!!
Komentar
Posting Komentar
Apa pendapat anda?